Drama adalah satu bentuk karya sastra
yang memiliki bagian untuk diperankan oleh aktor. Kosakata ini berasal
dari Bahasa Yunani yang berarti "aksi", "perbuatan".
Drama bisa diwujudkan dengan berbagai media: di atas panggung, film, dan
atau televisi. Drama juga terkadang dikombinasikan dengan musik dan
tarian, sebagaimana sebuah opera.
Nah untuk kali ini saya akan membahas tentang unsur-unsur intrinsik "Drama", Unsur-unsur intrinsik drama
adalah unsur-unsur pembangunan struktur yang ada di dalam drama itu sendiri.
Unsur-unsur intrinsik drama menurut Akhmad Saliman (1996 : 23) ada 7
yakni : 1. Alur. 2. Amanat, 3. Bahasa, 4. Dialog, 5. Latar, 6. Petunjuk teknis,
7. Tema, 8. tokoh.
Alur menurut Akhmah
Saliman (1996 : 24), alur adalah jaringan atau rangkaian yang membangun atau
membentuk suatu cerita sejak awal hingga akhir. Urutan alur terdiri atas 5
fase, yakni : 1. Perkenalan, 2. Awal masalah, 3. Menuju klimaks, 4. Klimaks, 5.
Penyelesaian.
Amanat
Menurut Akhmad Saliman
(1996 : 67) amant adalah segala sesuatu yang ingin disampaikan pengarang, yang
ingin ditanakannya secara tidak langsung ke dalam benak para penonton dramanya.
Harimurti Kridalaksana
(183) berpendapat amanat merupakan keseluruhan makna konsep, makna wacana, isi
konsep, makna wacana, dan perasaan yang hendak disampaikan untuk dimengerti dan
diterima orang lain yang digagas atau ditujunya.
Amanat di dalam drama
ada yang langsung tersurat, tetapi pada umumnya sengaja disembunyikan secara
tersirat oleh penulis naskah drama yang bersangkutan. Hanya pentonton yang
profesional aja yang mampu menemukan amanat implisit tersebut.
Bahasa
Menurut Akhmad Saliman
(1996 : 68), bahasa yang digunakan dalam drama sengaja dipilih pengarang dengan
titik berat fungsinya sebagai sarana komunikasi.
Setiap penulis drama
mempunyai gaya
sendiri dalam mengolah kosa kata sebagai sarana untuk mengungkapkan pikiran dan
perasaannya. Selain berkaitan dengan pemilihan kosa kata, bahasa juga berkaitan
dengan pemilihan gaya
bahasa (style).
Bahasa yang dipilih
pengarang untuk kemudian dipakai dalam naskah drama tulisannya pada umumnya
adalah bahasa yang mudah dimengerti (bersifat komunikatif), yakni ragam bahasa
yang dipakai dalam kehidupan kesehatian. Bahasa yang berkaitan dengan situasi
lingkungan, sosial budyaa, dan pendidikan.
Bahasa yang dipakai
dipilih sedemikian rupa dengan tujuan untuk menghidupkan cerita drama, dan
menghidupkan dialog-dialog yang terjadi di antara para tokoh ceritanya. Demi
pertimbangan komunikatif ini seorang pengarang drama tidak jarang sengaja
mengabaikan aturan aturan yang ada dalam tata bahasa baku.
Dialog
Menurut Akhmad Saliman
(1996 : 98) dialog adalah mimetik (tiruan) dari kehidupan keseharian. Dialog
drama ada yang realistis komunikatif, tetapi ada juga yang tidak realistis
(estetik, filosopis, dan simbolik). Diksi dialog disesuaikan dengan karekter
tokoh cerita.
Latar
Menurut Akhmad Saliman
(1996 : 66), latar adalah tempat terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam
sebuah drama. Latar tidak hanya merujuk kepada tempat, tetapi juga ruang,
waktu, alat-alat, benda-benda, pakaian, sistem pekerjaan, dan sistem kehidupan
yang berhubungan dengan tempat terjadinya peristiwa yang menjadi latar
ceritanya.
Petunjuk
Teknis
Petunjuk teknis adalah
rambu-rambu yang sengaja dicantumkan oleh seorang penulis naskah drama sebagai
penuntun penafsiran bagi siapa saja yang ingin mementaskannya.
Petunjuk teknis dalam
naskah drama bisa berupa paparan tentang adegan demi adegan, profil tokoh
cerita, latar cerita (tempat adegan) tata lampu, tata musik, tata panggung, dan
daftar properti yang harus disiapkan.
Tema menurut WJS
Poerwadarminta (185 : 1040) tema adalah pokok pikiran. Mursal Esten (1990)
berpendapat tema adalah sesuatu yang menjadi pikiran atau sesuatu yang menjadi
persoalan.
Seorang pengarang
drama, sadar atau tidak sadar pasti menyampaikan amanat dalam dramanya. Amanat
bersifat kias, subjektif, dan umum. Setiap orang dapat saja saling berbeda
pendapat dalam menafsirkan amanat yang disampaikan pengarang drama.
Tokoh
Tokoh dalam drama
disebut tokoh rekaan yang berfungsi sebagai pemegang peran watak tokoh. Itulah
sebebanya istilah tokoh juga disebut karakter atau watak. Istilah penokohan
juga sering disamakan dengan istilah perwatakan atau karakterisasi (tidak sama
dengan karakteristik) (Saliman : 1996 : 32).
Menurut Akhmad Saliman
(1996 : 25 : 27) berdasarkan peranannya di dalam alur cerita tokoh dapat
diklasifikasikan menjadi 3 macam yakni : 1. Antagonis, tokoh utama berprilaku
jahat, 2. Protagonis, tokoh utama berprilaku baik, 3. Tritagonis, tokoh yang
berperanan sebagai tokoh pembantu. Selain itu, masih menurut Akhmad Saliman
(1996 : 27) berdasarkan fungsinya di dalam alur cerita tokoh dapat
diklasifikasi menjadi 3 macam juga, yakni : 1. Sentral, tokoh yang berfungsi
sebagai penentu gerakan alur cerita, 2. Utama, tokoh yang berfungsi sebagai
pendukung tokoh antagonis atau protagonis, 3. Tokoh pembantu, tokoh yang
berfungsi sebagai pelengkap penderita dalam alur cerita.
Masih berkaitan dengan
tokoh ini, ada istilah yang lajim digunakan yakni penokohan dan teknik
penokohan. Penokohan merujuk kepada proses penampilan tokoh yang berfungsi
sebagai pembawa peran watak tokoh cerita dalam drama. Sedangkan teknik
penokohan adalah teknik yang digunakan penulis naskah lakon, sutradara, atau
pemain dalam penampilan atau penempatan tokoh-tokoh wataknya dalam drama.
Teknik penokohan
dilakukan dalam rangka menciptakan citra tokoh cerita yang hidup dan
berkarakter. Watak tokoh cerita dapat diungkapkan melalui salah satu 5 teknik
di bawah ini. 1. Apa yang dipikirkan, dirasakan, atau dikehendaki tentang
dirinya atau tentang diri orang lain. 2. Lakuan, tindakan, 3. Cakapan, ucapan,
ujaran, 4. Kehendak, perasaan, pikiran, 5. Penampilan fisik.
Tokoh watak atau
karakter dalam drama adalah bahan baku
yang paling aktif dan dinamis sebagai penggerak alur cerita. Para
tokoh dalam drama tidak hanya berfungsi sebagai penjamin bergeraknya semua
peristiwa cerita, tetapi juga berfungsi sebagai pembentuk, dan pencipta alur
cerita. Tokoh demikian disebut tokoh sentra (Saliman, 1996 : 33).
Penokohan, gerak, dan
cakapan adalah tiga komponen utama yang menjadi dasar terjadinya konflik
(tikaian) dalam drama. Pada hakekatnya, konflik (tikaian) merupakan unsur
instrinsik yang harus ada di dalam sebuah drama.
Tokoh cerita dalam
drama dapat diwujudkan dalam bentuk 3 dimensi, meliputi . 1. Dimensi fisiologi,
yakni ciri-ciri fisik yang bersifat badani atau ragawi, seperti usia, jenis
kelamin, keadaan tubuh, ciri wajah, dan ciri-ciri fisik lainnya. 2. Dimensi
psikologi, yakni ciri-ciri jiwani atau rohani, seperti mentalitas, temperamen,
cipta, rasa, karsa, IQ, sikap pribadi, dan tingkah laku. 3. Dimensi sosiologis,
yakni ciri-ciri kehidupan sosial, seperti status sosial, pekerjaan, jabatan,
jenjang pendidikan, kehidupan pribadi, pandangan pribadi, sikap hidup, perilaku
masyarakat, agama, ideologi, sistem kepercayaan, aktifitas sosial, aksi sosial,
hobby pribadi, organisasi sosial, suku bangsa, garis keturunan, dan asal usul
sosial.
Tulisan from : Wikipedia & Pak Tujiono, S.Pd
Tulisan from : Wikipedia & Pak Tujiono, S.Pd
boleh minta daftar pustakanya gak? thanks
BalasHapusmungkin ini adalah artikel yang terkait unsur intrinsik dan ekstrinsik cerpen, pengertian dan ciri-ciri cerpen, analisa penokohan cerpen dan nilai dalam cerpen
BalasHapus